Jelaskan Manfaat Dari Cost Benefit Analysis Dalam Sebuah
COST AND BENIFIT ANALISIS
![](https://image2.slideserve.com/3666235/slide13-l.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Pengembangan suatu sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya investasi proyek lainnya. Investasi berarti dikeluarkannya sumber-sumber daya untuk mendapatkan manfaat dimasa mendatang. Investasi untuk mengembangkan sistem informasi juga membutuhkan sumber-sumber daya.
Sebagai hasilnya, sistem informasi akan memberikan manfaat-manfaat yang dapat berupa penghematan-penghematan atau manfaat-manfaat yang baru.Jika manfaat yang diharapkan lebih kecil dari sumber-sumber daya yang dikeluarkan, maka sistem informasi ini dikatakan tidak bernilai atau tidak layak. Oleh karena itu, sebelum sistem informasi dikembangkan, maka perlu dihitung kelayakan ekonomisnya.
Teknik untuk menilai ini disebut dengan analisis biaya/keuntungan (cost/benefit analysis).Analisis biaya/keuntungan disebut juga dengan analisis biaya/efektivitas (cost/ effectivenss analysis). Keuntungan dari pengembangan sistem informasi tidak semuanya mudah diukur secara langsung dengan nilai uang, seperti misalnya keuntungan pelayanan kepada langganan yang lebih baik. Keuntungan yang sulit diukur langsung dengan nilai uang ini selanjutnya jika ingin ditentukan dalam bentuk nilai uang, maka dapat menaksir efektivitasnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Komponen Penilaian Dalam Cost & Benefits Analysis
Sesuai dengan namanya, Cost & Benefit Analysis didasarkan pada dua komponen penilaian, yaitu komponen biaya dan komponen manfaat. Menurut Frederick H. Wu dalam bukunya Accounting Information Systems, Theory and Practice, komponen biaya yang berhubungan dengan pengembangan sebuah sistem informasi dapat diklasifikasikan dalam empat kategori, yaitu :
1) Procurement Cost
Procurement Cost atau biaya pengadaan adalah semua biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan pengadaan hardware. Diantaranya adalah seperti : biaya konsultasi pengadaan hardware, biaya pembelian hardware, biaya instalasi hardware, biaya fasilitas (ruang, ac, dll.), biaya modal untuk pengadaan hardware, biaya manajerial dan personalia untuk pengadaan hardware. Biaya pengadaan ini biasanya dikeluarkan pada tahun-tahun pertama (initial cost) sebelum system dioperasikan, kecuali apabila pengadaan hardware dilakukan dengan cara leasing.
2) Start Up Cost
Start Up Cost atau biaya persiapan operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan sebagai upaya membuat sistem siap untuk dioperasionalkan. Biaya-biaya persiapan operasional meliputi : biaya pembelian software system informasi berikut instalasinya, biaya instalasi perangkat komunikasi/jaringan, biaya reorganisasi, biaya manajerial dan personalia untuk persiapan operasional.
Sama dengan biaya pengadaan, biaya persiapan operasional ini juga merupakan “initial cost”.
3) Project Related Cost
Project Related Cost atau biaya proyek adalah biaya yang berkaitan dengan biaya mengembangkan sistem termasuk biaya penerapannya. Biaya proyek diantaranya adalah : biaya analisis system; seperti biaya untuk mengumpulkan data, biaya dokumentasi (kertas, fotocopy, dll), biaya rapat, biaya staff analis, biaya manajerial dalam tahap analisis sistem; biaya disain sistem; seperti biaya dokumentasi, biaya rapat, biaya staff analis, biaya staff pemrograman, biaya pembelian software aplikasi, biaya manajerial dalam tahap desain sistem, biaya penerapan sistem; seperti biaya pembuatan form baru, biaya konversi data, biaya pelatihan sumber daya manusia, biaya manajerial dalam tahap penerapan sistem.
Bila sistem dikembangkan secara “outsourcing” dengan menggunakan konsultan dari luar perusahaan, maka diperlukan biaya tambahan, yaitu biaya konsultasi.
4) Ongoing and Maintenance Cost
Ongoing and Maintenance Cost atau biaya operasional adalah biaya untuk mengoperasikan sistem agar sistem dapat beroperasi dengan baik. Sedangkan biaya perawatan adalah biaya untuk merawat sistem dalam masa pengoperasionalannya. Yang termasuk biaya operasi dan perawatan sistem adalah : biaya personalia (operator, staff administrasi, staff pengolah data, staff pengawas data), biaya overhead (telepon, listrik, asuransi, keamanan, supplies), biaya perawatan hardware (reparasi, service), biaya perawatan software (modifikasi program, penambahan modul program), biaya perawatan peralatan dan fasilitas, biaya manajerial dalam operasional sistem, biaya kontrak untuk konsultan selama operasional sistem, biaya depresiasi.
Biaya operasional dan perawatan biasanya terjadi secara rutin selama usia operasional sistem.
Sedangkan komponen manfaat atau - dalam hal ini dapat disebut pula sebagai - efektivitas yang di dapat dari sebuah sistem informasi dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a) Manfaat atau efektifitas yang didapat dari pengurangan biaya.
b) Manfaat atau efektifitas yang didapat dari pengurangan kesalahan-kesalahan.
c) Manfaat atau efektifitas yang didapat dari peningkatan kecepatan aktivitas.
d) Manfaat atau efektifitas yang didapat dari peningkatkan perencanaan dan pengendalian manajemen.
Manfaat atau efektifitas dari sebuah sistem informasi dapat juga diklasifikasikan dalam dua bentuk yaitu : tangible benefits dan intangible benefits.
Tangible Benefits atau manfaat keuntungan yang berwujud adalah keuntungan penghematan-penghematan atau peningkatan-peningkatan di dalam perusahaan yang dapat di ukur secara kuantitatif dalam bentuk satuan nilai moneter/uang. Diantaranya adalah : keuntungan dari pengurangan biaya operasional, keuntungan dari pengurangan kesalahan-kesalahan proses, keuntungan dari pengurangan biaya telekomunikasi, keuntungan akibat peningkatan penjualan, keuntungan akibat pengurangan biaya persediaan, dan keuntungan akibat pengurangan kredit yang tidak tertagih.
Intangible Benefits atau manfaat keuntungan yang tidak berwujud adalah nilai keuntungan yang sulit atau tidak mungkin di ukur dalam bentuk satuan nilai moneter/uang. Diantaranya adalah seperti : keuntungan akibat peningkatan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan, keuntungan akibat peningkatan kepuasan kerja sumber daya manusia yang ada, dan keuntungan akibat peningkatan pengambilan keputusan manajerial yang lebih baik. Intangible benefits sulit untuk diukur dalam satuan nilai moneter/uang, karena itu cara pengukurannya dapat dilakukan dengan menggunakan penaksiran. Sebagai contoh : kualitas pelayanan kepada pelanggan yang menjadi lebih baik merupakan salah satu bentuk intangible benefits. Dan tentu saja akan sulit untuk mengukur dalam satuan nilai uang peningkatan pelayanan yang lebih baik tersebut. Dan untuk itu dapat dilakukan analisis seperti yang dicontohkan berikut ini.
Akibat yang akan didapat dari pelayanan yang ‘kurang baik’ kepada pelanggan tentunya adalah : terjadinya pengurangan pemesanan pelanggan, bahkan sampai pada kemungkinan pelanggan tidak akan melakukan pemesanan kembali kepada perusahaan. Jumlah pengurangan pesanan pelanggan akibat pelayanan yang kurang baik dapat diukur dengan menaksirnya bersama-sama pemakai sistem dengan cara seperti berikut.
Misalnya berdasarkan taksiran yang dibuat didapat data bahwa :
Diperkirakan sebesar 55% pelanggan akan mengurangi 9% pesanannya, sebesar 20% pelanggan akan mengurangi 40% pesanannya, sebesar 10% pelanggan akan mengurangi 80% pesanannya, dan sebesar 5% pelanggan akan mengurangi 100% pesanannya. Maka taksiran kehilangan pesanan pelanggan perusahaan dapat dihitung seperti dibawah ini.
Kehilangan pesanan : (55%x9%)+(20%x40%)+(10%x80%)+(5%x100%)
: (4.95%+8%+8%+5%)
: 25.95 %
Artinya : akibat dari pelayanan yang kurang baik maka 25,95% dari pesanan penjualan akan hilang.
Jika pelanggan melakukan pemesanan setiap tahunnya rata-rata sebesar Rp. 5.000.000-, maka diperkirakan akan terjadi kehilangan pemesanan pelanggan sebesar 25.95% dari keseluruhan rata-rata pemesanan pelanggan per tahunnya, yaitu sebesar Rp.5.000.000, x25.95% : Rp. 1.297.500,-.
Dan jika perusahaan memiliki misalnya 100 pelanggan saat itu, maka dapat diperkirakan jumlah total dari kehilangan pemesanan adalah : 100xRp.1.297.500,- : Rp.129.750.000, Analisis ini dapat digunakan oleh manajemen sebagai dasar untuk mengukur intangible benefits.
2. Cost & Benefits Analysis
Setelah komponen biaya dan manfaat diketahui, maka cost & benefits analysis bisa dilakukan untuk menentukan apakah sebuah proyek sistem informasi layak atau tidak. Dalam analisa suatu investasi, terdapat dua aliran kas, aliran kas keluar (cash outflow) yang terjadi karena pengeluaran-pengeluaran untuk biaya investasi, dan aliran kas masuk (cash inflow) yang terjadi akibat manfaat yang dihasilkan oleh suatu investasi. Aliran kas masuk atau yang sering dikatakan pula sebagai proceed, merupakan keuntungan bersih sesudah pajak ditambah dengan depresiasi (bila depresiasi masuk dalam komponen biaya).
Adapun metode-metode7 yang digunakan dalam cost & benefits analysis diantaranya adalah : payback period method, return on investment method, net present value method, dan internal rate of return method. Penjelasan dan contoh perhitungan dari metode-metode tersebut dapat dilihat dibawah ini.
1) Payback Period Method
Penilaian proyek investasi menggunakan metode ini didasarkan pada lamanya investasi tersebut dapat tertutup dengan aliran-aliran kas masuk, dan faktor bunga tidak dimasukan dalam perhitungan ini.
Sebagai misal : Sebuah Proyek Sistem Informasi Manajemen bernilai Rp. 20.000.000,-. Dan misalnya cash inflow tiap tahunnya adalah sama, yaitu sebesar Rp. 6.000.000,-. Maka periode pengembalian investasi ini adalah : Rp. 20.000.000,-/Rp. 6.000.000,- = 3,333 tahun. Ini berarti proyek investasi sistem informasi manajemen tersebut akan tertutup dalam waktu 3 tahun 3 bulan.
Bila cash inflow tiap tahun tidak sama besarnya, maka harus dihitung satu-persatu sebagai berikut. Berdasarkan data pada Lampiran-01, misalnya nilai proyek sistem informasi manajemen adalah Rp. 788.500.000,-, dan umur ekonomis proyek tersebut adalah 4 tahun dan cash inflow setiap tahunnya adalah seperti berikut ini :
cash inflow tahun 1 sebesar Rp. 285.000.000,-
cash inflow tahun 2 sebesar Rp. 372.500.000,-
cash inflow tahun 3 sebesar Rp. 486.000.000,-
cash inflow tahun 4 sebesar Rp. 542.250.000,-
Maka payback period untuk investasi sistem informasi manajemen ini adalah :
Nilai investasi = Rp. 788.500.000,-
cash inflow tahun 1 = Rp. 285.000.000,-
Sisa investasi tahun 2 = Rp. 503.500.000,-
cash inflow tahun 2 = Rp. 372.500.000,-
Sisa investasi tahun 3 = Rp. 131.000.000,-
Sisa investasi tahun 3 sebesar Rp. 131.000.000,- tertutup oleh sebagian dari cash inflow tahun 3 sebesar Rp. 486.000.000,-, yaitu Rp. 131.000.000,-/Rp. 486.000.000,- = 0.2695 bagian. Kesimpulannya adalah bahwa payback period investasi ini adalah 2 tahun 3,234 bulan. Dan kelayakan dari investasi ini dapat dilakukan dengan membandingkan payback period yang ada dengan maximum payback period yang dianggap layak yang telah tetapkan sebelumnya. Misalnya maximum payback period adalah 3 tahun, berarti investasi ini diterima.
2) Return On Investment
Metode pengembalian investasi digunakan untuk mengukur prosentase manfaat yang dihasilkan oleh suatu proyek dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya. Sedangkan return on investment dari suatu proyek investasi dapat dihitung dengan rumus:
Total manfaat – Total biaya
ROI =
Total biaya
Berdasarkan data pada Lampiran-01, diketahui bahwa total manfaat dari Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen PT. Genitya Dabatas & Co. adalah :
Manfaat tahun ke 1 = Rp. 346.000.000,-
Manfaat tahun ke 2 = Rp. 440.000.000,-
Manfaat tahun ke 3 = Rp. 565.000.000,-
Manfaat tahun ke 4 = Rp. 627.500.000,- +
Total Manfaat = Rp. 1.978.500.000,-
Sedang total biaya yang dikeluarkan adalah:
Biaya tahun ke 0 = Rp. 788.500.000,-
Biaya tahun ke 1 = Rp. 61.000.000,-
Biaya tahun ke 2 = Rp. 67.500.000,-
Biaya tahun ke 3 = Rp. 79.000.000,-
Biaya tahun ke 4 = Rp. 85.250.000,- +
Total Biaya = Rp. 1.081.250.000,-
ROI untuk proyek ini adalah sebesar :
= ((Rp. 1.978.500.000 – Rp. 1.081.250.000,-)/Rp. 1.081.250.000,-) x 100% = 82,98 %
Apabila suatu proyek investasi mempunyai ROI lebih besar dari 0 maka proyek tersebut dapat diterima. Pada proyek ini nilai ROI nya adalah 0,8298 atau 82,98%, ini berarti proyek ini dapat diterima, karena proyek ini akan memberikan keuntungan sebesar 82,98% dari total biaya investasinya.
3) Net Present Value Method
Metode nilai sekarang bersih merupakan metode yang memperhatikan nilai waktu dari uang. Metode ini menggunakan suku bunga diskonto yang akan mempengaruhi cash inflow atau arus dari uang. Berbeda dengan metode payback period dan return on investment yang tidak memperhatikan nilai waktu dari uang (time value of money) atau time preference of money. Dalam metode ini satu rupiah nilai uang sekarang lebih berharga dari satu rupiah nilai uang dikemudian hari, karena uang tersebut dapat diinvestasikan atau ditabung atau didepositokan dalam jangka waktu tertentu dan akan mendapatkan tambahan keuntungan dari bunga. Net present value dapat dihitung dari selisih nilai proyek pada awal tahun dikurangi dengan tingkat bunga diskonto. Besarnya NPV dirumuskan sebagai berikut :
Cash Inflow 1 Cash Inflow 2 Cash Inflow n
NPV = - nilai proyek + + + ···
(1+i)1 (1+i)2 (1+i)n
Keterangan : NPV = net present value
i = tingkat suku bunga diskonto
n = umur proyek investasi
Bila nilai net present value > 0, berarti investasi menguntungkan dan dapat diterima. Berdasarkan data pada Lampiran - 01 akan coba dihitung besarnya nilai NPV dengan tingkat suku bunga diskonto yang diasumsikan adalah sebesar 15% pertahun.
285.000.000 372.500.000 486.000.000 542.250.000
NPV = - 788.500.000 + + + +
(1+0,15)1 (1+0,15)2 (1+0,15)3 (1+0,15)4
285.000.000 372.500.000 486.000.000 542.250.000
NPV = - 788.500.000 + + + +
1,15 1,32 1,52 1,75
NPV = - 788.500.000 + 247.826.087 + 282.196.969,7 + 319.736.842,1 + 309.857.142,9
NPV = 371.117.041,7
Dari hasil perhitungan diatas diketahui bahwa nilai NPV untuk investasi Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen PT. Genitya Dabatas & Co. adalah sebesar Rp. 371.117.041,7, ini berarti bahwa nilai NPV proyek tersebut > 0 sehingga proyek tersebut dapat diterima.
4) Internal Rate of Return Method
Sama seperti NPV metode tingkat pengembalian internal atau IRR juga merupakan metode yang memperhatikan nilai waktu dari uang. Pada metode NPV tingkat bunga yang diinginkan telah ditetapkan sebelumnya, sedangkan pada metode IRR, kita justru akan menghitung tingkat bunga tersebut. Tingkat bunga yang akan dihitung ini merupakan tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari tiap-tiap cash inflow yang didiskontokan dengan tingkat bunga tersebut sama besarnya dengan nilai sekarang dari initial cash outflow atau nilai proyek. Dengan kata lain tingkat bunga ini adalah merupakan tingkat bunga persis investasi bernilai impas, yaitu tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan. Dengan mengetahui tingkat bunga impas ini, maka dapat dibandingkan dengan tingkat bunga pengembalian atau rate of return yang diinginkan, jika lebih besar berarti investasi menguntungkan dan bila sebaliknya investasi tidak menguntungkan.
Misalnya IRR yang dihasilkan oleh sebuah proyek adalah 25% yang berarti proyek ini akan menghasilkan keuntungan dengan tingkat bunga 25%. Bila rate of return yang diinginkan adalah 20%, maka proyek dapat diterima kelayakannya.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Hasil perhitungan yang didapat dari ‘Cost & Benefits Analysis’ dengan menggunakan alat-alat analisis financial seperti Payback Period, NPV, ROI dan IRR memang dapat dimanfaatkan dalam membantu mengambil keputusan dalam menetapkan kelayakan secara ekonomis sebuah Proyek Pengembangan Sistem Informasi Manajemen. Namun demikian, mengingat sebuah proyek pengembangan sistem informasi manajemen merupakan proyek yang memiliki apa yang disebut ‘intangible benefits’ maka kesuksesan analisis ini banyak tergantung pada keakuratan analisis berdasarkan data & informasi yang digunakan dalam analisis ini, terutama yang berkaitan dengan ‘intangible benefits yang dihasilkan oleh proyek sistem informasi manajemen tersebut. Dan setidaknya dengan ‘Cost & Benefits Analysis’ kita dapat memastikan secara ekonomis untuk melanjutkan atau tidak sebuah proyek sistem informasi manajemen yang akan kita bangun.
2. DAFTAR PUSTAKA
1. Raymond McLeod, Management Information Systems, 8th Edition, Prentice Hall International, 2001. Url : www.prenhall.com/mcleod
2. Jogiyanto H.M., Analisis & Disain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis, Edisi Kedua, Andi Offset Yogyakarta, 2001.
3. Barry Render & Ralph M. Stair, Jr., Quantitative Analysis for Management, 7th Edition, Prentice Hall International, 2000. Url : www.prenhall.com/render
4. Frederick H. Wu., Accounting Information Systems, Theory and Practice, McGraw Hill Book Company Japan, Tokyo, International Student Edition, 1984.
5. Williams S. Davis., Systems Analysis and Design, A Structured Approach, Reading, Massachussetts : Addison Wesley Publishing Company, Inc., 1983.
6. Jeffrey L. Whitten, System Analysis & Design Methods, 5th Edition, McGrawHill, 2001.
STUDI KASUS
Madiun, 16 April 2010 -
Pelatihan dibagi menjadi 3 sesi dan dibuka oleh Manager Consumer Service Area Madiun, I Gde Komang Bagiyarta pada pukul 08.00 wib. Materi yang diberikan antara lain pembuatan email address, blog dan akun social networking. Komang dalam sambutannya berharap supaya para peserta usai pelatihan bisa memanfaatkan internet dalam pekerjaan sehari hari. Ia juga menyarankan agar para peserta mengoptimalkan internet untuk saling berinteraksi dan membuat networking antar rekan seprofesi atau pebisnis dengan menggunakan email, blog, atau jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter
Gallery Cost Benefit Analysis Adalah
Anggra S S Cost And Benefit Analysis Cba
Hta 101 V Economic Analysis Methods
Training Needs Analysis Or Learning Needs Analysis
Cost Benefit Analysis Economic Philosophical And Legal
Bab 4 Analisis Dan Pembahasan Pada Bab Ini Akan Dilakukan
Business Benefits Measuring Valuing Financial Non Financial
Analysis Of Benefits Opportunities Costs And Risks Bocr
Doc Cost Benefit Analysis Baru Cost Benefit Analysis
Principles Of Pharmacoeconomics Cost Effectiveness
Pdf Analisis Pengembangan Klinik Gigi Dengan Menggunakan
Ppt Ragam Teknik Evaluasi Investasi Teknologi Informasi
Cost Effective Marine Protection A Pragmatic Approach
Social Efficiency Economics Help
Comments
Post a Comment