Gambar Seri Untuk Mengarang



Pengaruh Penggunaan Media Gambar Berseri Terhadap

PTK: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENULIS KARANGAN MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DI KELAS III SD NEGERI JATIPURWO KECAMATAN ROWOSARI KABUPATEN KENDAL

MAKALAH PENDIDIKAN SKRIPSI Monday, 5 January 2015
Komunikasi merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Tanpa ada komunikasi antar manusia satu dengan yang lain, kehidupan di dunia tidak akan semudah apa yang kita rasakan saat ini. Bayangkan saja apa yang terjadi jika tidak ada kesinambungan komunikasi antar manusia, tentu dunia akan terasa sepi dan gelap, padahal kodrati manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain dan tak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain sama sekali. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi secara langsung dan komunikasi secara tidak langsung. Kegiatan berbicara dan mendengarkan (menyimak), merupakan komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca merupakan komunikasi tidak langsung.
Keterampilan menulis sebagai salah satu cara dari empat keterampilan berbahasa, mempunyai peranan yang penting didalam kehidupan manusia. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya, dan dengan melalui tulisan pula seseorang mampu memahami pikiran dan maksud orang lain (orang yang menulis).
Seperti yang dikatakan oleh H.G. Tarigan (dalam Suriamiharja dkk, 1983) bahwa menulis ialah “... menurunkan atau melukiskan lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang – lambang grafik tersebut kalau mereka memehami bahasa dan gambar grafik tersebut”.
Mengarang pada prinsipnya adalah bercerita tentang sesuatu yang ada pada angan – angan, penceritaan itu dapat dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Setiap manusia semuanya diciptakan sebagai pengarang. Namun, menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam tulisan tidak mudah. Banyak orang yang pandai berbicara atau berpidato , tetapi mereka masih kurang mampu menuangkan gagasanya kedalam bentuk bahasa tulisan. Maka untuk bisa mengarang dengan baik, seseorang harus mempunyai kemampuan untuk menulis. Kemampuan menulis dapan dicapai melalui proses belajar dan berlatih.
Permasalahanpun muncul seperti yang sudah penulis alami ketika melakukan observasi di kelas III SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosar Kabupaten Kendal. Dari hasil observasi itu penulis menemukan masalah, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan ketika dalam mengajarkan mengarang, kesulitan yang dihadapi oleh siswa kelas III SD Negeri Jatipurwo ketika dalam mengajarkan mengarang antara lain :
1.         Siswa kurang mampu menggunakan dan memilih kata dalam menuangkan buah pikirnya, sehingga mereka sering mengulang kata “lalu” dan “terus”.
2.         Isi kalimat relatif tidak menggambarkan topik.
3.         Kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak berkesinambungan, paragraf yang satu dengan paragraf yang lain tidak koheren.
a.      Perumusan Dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan data awal yang diperoleh dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti dan untuk membatasi permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan diatas dalam bentuk pertanyaan, adalah sebagai berikut :
1.    Apakah dengan menggunakan media cerita gambar seri dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam penulisan karangan ?
2.    Bagaimana pelaksanaan penerapan media cerita gambar seri dalam pembelajaran menulis karangan di kelas III SD Negeri Jatipurwo ?
Dalam penyampaian pembelajaran dengan menggunakan media untuk meningkatkan kemampuan atau kreatif siswa dalam membuat suatu karangan perlu dilakukan cara atau tindakan sebagai berikut :
1.         Guru menggunakan media gambar seri untuk menarik perhatian siswa atau untuk mempermudah siswa dalam menyusun sebuah karangan, sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan siswa lebih tertantang untuk membuat suatu karya tulis, atau untuk membuat suatu karangan, dan siswa dapat mudah menyusun kata – kata menjadi sebuah kalimat dan menyusun kalimat secara runtut menjadi sebuah paragraf sehingga terbentuklah sebuah tulisan atau karya yang utuh.
2.         Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat karangan atau untuk melukiskan pikirannya menjadi sebuah cerita, sehinga anak tidak merasa haknya digantikan oleh gurunya. Dan siswa akan lebih bisa menuangkan buah pikirnya, maka siswa akan mennghasilkan karya yang baik.
3.         Guru memberikan semangat kepada siswa dengan menyampaikan materi pembelajaran sehingga siswa merasa bahwa materi pembelajaran yang disamapaikan terasa mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh siswa. Jika siswa memahami materi pembelajaran yang sedang diajarkan maka siswa akan bersemangat dalam mencoba menulis karangan.
Ketiga alternatif tindakan tersebut, merupakan cara yang cukup efektif untuk dilaksanakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) siswa akan mudah merespon materi pembelajaran.
Tindakan ini semula jarang digunakan oleh pengajar atau guru, oleh karena itu penulis merasa perlu diterapkan untuk meningkatkan pemahaman atau kemampuan siswa dalam pembelajaran (khususnya dalam pembelajaran mengarang) untuk menaraik siswa dalam membuat suatu karangan atau membuat suatu karya, sehingga akan membuat siswa yang lainnya lebih tertantang untuk membaca atau mendengarkan karangan temannya, atau bahkan menulis karangan sendiri.
Dengan alasan tersebut peneliti yakin tentang permasalahan siswa yang ditemukan pada saat observasi awal pada pembelajaran bahasa Indonesia, di kelas III SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal dapat terpecahkan dengan menggunakan media gambar seri.
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal dalam menulis sebuah karangan.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
1.         Untuk meningkatkan hasil belajar dan mengetahui penerapan pembelajaran menulis karangan dengan media gambar seri di kelas III SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.
2.         Untuk mengetahui keefektifan  dalam pengajaran penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran menulis karangan di kelas  III SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.
3.         Untuk menganalisis dampak dengan menggunakan media gamabar seri dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang bagaimana cara mengarang dengan menggunakan media gambar seri di kelas III SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.
c.       Manfaat Hasil Penelitian
1.         Guru dapat memahami hal-hal yang perlu dilakukan untuk menyampaikan pembelajaran secara aktif dan dan menarik sehingga siswanya mampu menyimak pelajaran yang sedang diajarkan dan apa yang diharapakan oleh guru dapat tercapai.
2.         Guru dapat memperkaya teknik pembelajaran dan guru dapat mengetahui permasalahan - permasalahan siswa dan cara mengatasinya. Sehingga dapat mempermudah guru untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran.
3.         Guru menjadi aktif dan kreatif dalam mengajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran.
4.         Guru mengetahui penggunaan alat evaluasi yang sesuai untuk mengukur keterampilan menulis karangan dengan baik.
1.         Meningkatkan daya pikir dan imajinasi siswa dalam menulis/ mengarang melalui media visual (gambar)
2.         Meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis secara runtut
3.         Siswa dapat lebih mudah dan semangat dalam memahami materi pembelajaran.
4.         Dapat membatu daya ingat siswa dan lebih tahan lama dalam ingatan siswa karena siswa lebih terkesan dengan penggunaan media visual.
5.         Siswa  tidak akan bosan dengan pembelajaran yang menarik.
Sekolah dapat lebih mudah dalam memperoleh alat peraga, penggunaan alat peraga di sekolah, dan  pihak sekolah tidak harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menyediakan alat peraga, karena alat peraga bisa dibuat dari lingkungan sekitar dan dapat pula berasal dari siswa sendiri. Selain itu alat peraga ini dapat disimpan untuk siswa tahun pelajaran berikutnya.
B.     KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
Tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan keterampilan siswa dalam Bahasa Indonesia, pengetahuan bahasa diajarkan untuk menunjukan siswa terampil berbahasa yakni terampil menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan berbahasa hanya bisa dikuasai dengan latihan yang terus menerus dan sistematis yakni harus sering berlatih menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa.
Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafik (tulisan). Tulisan adalah suatu system komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata.
Tarigan (dalam Agus Suriamiaharja, 1996 : 1) berpendapat bahwa “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai oleh seseorang, sehinga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut .”
Robert Lodo (dalam Suriamiaharja, 1996 : 1), mengatakan bahwa “Menulis adalah menempatkan simbol – simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafiknya”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang – lambang grafik untuk menyampaikan ide atau gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain.
Apabila seseorang menggunakan buah pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman atau lainya kedalam bahasa tulis, kegiatan tersebut adalah kegiatan mengarang. Untuk dapat menyampaikan suatu pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman atau lainya, seseorang perlu memiliki pembendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun kata-kata menjadi kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif.
The Liang Gie ( 1992 : 18 ), mengungkapkan bahwa “Untuk dapat menyampaikan gagasan dan fakta secara lincah dan kuat, seseorang perlu memiliki pembendaharaan kata yang memadai, terampil menyusun kata-kata menjadi beraneka kalimat yang jelas, dan mahir memakai bahasa secara efektif”. Menurut pengertianya, “mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengumpulkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami”. ( The Liang Gie, 1992 : 17 ).
Dalam proses mengarang setiap ide perlu dilibatkan pada suatu kata, kata-kata dirangkai menjadi sebuah kalimat, kemudian kalimat-kalimat membentuk paragraf, dan paragraph-paragraf akhirnya mewujudkan sebuah karangan. Sedangkan karangan merupakan hasil dari kegiatan mengarang, yaitu perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain.
Beberapa buku ada pula yang mennyebutkan bahwa mengarang sebagai suatu penyampaian pikiran secara resmi dan teratur melalui ucapan maupun tulisan. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah kegiatan menulis yang tersusun dengan teratur dari kata, kalimat, sampai paragraf yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh, dengan maksud menceritakan kejadiaan atau peristiwa, mempercakapkan sesuatu, dan tujuan lainya.
Berbicara mengenai karangan baik yang berupa karangan pendek maupun panjang, maka kita harus berbicara mengenai beberapa hal atau masalah disekitar karangan.
The Liang Gie (1992 : 17) mengemukakan ada 4 (empat) unsur dalam mengarang yaitu sebagai berikut :
a.    Gagasan ( Idea ), yaitu topik berikut tema yang diungkapkan secara tertulis.
b.    Tuturan ( Discourse ) yaitu bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca.
Ada 5 (lima) bentuk karangan :
1)        Penceritaan / Narasi (Narration )
Bentuk pengungkapan yang menyampaikan sesuatu peristiwa / pengalaman .
2)        Pelukisan / Deskripsi ( Description )
Bentuk pengungkapan yang menggambarkan pengindraan, perasaan mengarang tentang mecam – macam hal yang berada dalam susunan ruang (misalnya pemandangan indah, lagu merdu, dll).
3)        Pemaparan / Eksposisi ( Exposition )
Bentuk pengungkapan yang meyajikan secara fakta – fakta yang bermaksud memeberi penjelasan kepada pembaca mengenai suatu ide, persoalan, proses atau peralatan.
4)        Perbincangan / Argumentasi ( Argumentation )
Bentuk pengungkapan dengan maksud memberikan alasan dan bukti, untuk mempengaruhi pikiran  pembaca demi memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
5)        Ajakan / Persuasi (Persuation)
Bentuk pengungkapan yang berisi paparan yang berdaya-bujuk, ataupun daya-himbau untuk meyakini atau mengikuti himbauan yang dilontarkan oleh penulis.
c.    Tatanan ( Organization )
Yaitu tertib pengaturan dan peyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah .
Yaitu sarana pengantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosakata, gramatika (tata bahasa), dan terotika (seni memekai bahasa secara efektif )
Tujuan Pengajaran Mengarang
Ngalim Purwanto, dan Djeniah Alim (1997 : 58) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran mengarang sama dengan tujuan pengajaran bercakap- cakap hanya berbeda dengan bentuk tulisan, yaitu :
a.       Memperkaya perbendaharaan bahasa positif dan aktif
b.      Melatih melahirkan / mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan tepat
c.       Melatih memaparkan pengalaman – pengalaman dengan tepat.
d.      Melatih penggunaan ejaan yang tepat (untuk menguasai bentuk bahasa).
Macam – Macam Karangan di SD
Macam-macam karangan yang dapat diajarkan di SD dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)            Karangan permulaan ( Kelas I dan II )
2)            Karangan sebenarnya ( Karangan lanjutan ) di kelas- kelas berikutnya.
1)            Karangan Varslag ( Laporan ), Umumnya diberikan di kelas – kelas rendah Misalnya : Menceritakan kembali ( secara tertulis ) apa – apa yang dialami dalam pengajaran lingkungan.
2)            Karangan Fantasi, Mengeluarkan isi jiwa sendiri ( Ekspresi jiwa ), Misalnya : “Cita-citaku Setelah Tamat SD”,  “Seandainya Aku Jadi Raja”, dll.
3)            Karangan Reproduksi, umumnya bersifat menceritakan / menguraikan suatu perkataan yang telah di pelajari atau di pahami, seperti mengenal ilmu- ilmu bumi, ilmu hayat, atau menulis dengan kata- kata sendiri apa yang telah di baca, dll.
4)            Karangan Argumentasi, karangan berdasarkan alasan tertentu. Siswa dibiasakan menyatakan pendapat ataupun pikiranya berdasarkan alasan yang tepat.
3)            Karangan setengah bebes terikat
(Ngalim Purwanto dan Djeinah Alim, 1997 : 59)
Pendapat lama mengatakan mengajar mengarang itu baru diberikan di kelas V sekolah rendah, karena syarat-syarat yang ditentukan untuk mengarang itu adalah berat, seperti ejaan bahasa, susunan kalimat, isi, tanda baca, dan sebagainya.
Sementara itu pendapat sekarang, mengarang  itu semenjak di kelas I (satu) sudah mulai disisipkan (Mengarang Permulaan). Di kelas I (satu) sudah dapat di mulai dengan menggambar bebas kemudian anak menulis beberapa kalimat tentang gambarnya. Di kelas III (tiga) adalah lanjutan dari kegiatan di atas. Cerita tentang gambar telah memakai judul, kalimat lebih banyak pada saat menceritakan tentang benda, hewan atau tanaman yang sesuai dengan lingkungan, anak telah menjelaskan sesuatu tentang benda. Mulailah anak, menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi karangan. Hal ini lebih mudah dilatihkan melalui mengarang dengan bentuk gambar seri. (Ngalim Purwanto dan Djeinah Almim, 1997 : 59).
Tarigan dan Sulistyaningsih (1996 : 362) mengemukakan “ Wacana dibentuk oleh paragraph-paragraf, sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat yang membentuk paragraf itu haruslah merangkai, kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya harus berkaitan begitu seterusnya. Sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh atau membentuk sebuah gagasan. Selanjutnya paragraf dengan paragraf pun merangkai secara utuh membentuk sebuah wacana yang memiliki tema yang utuh .”
Setiap gagasan pikiran atau perasaan dituliskan dalam kata-kata. Kata adalah unsur yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat di gunakan dalam bahasa.
Untuk dapat menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan dalam tulisan karangan. Seorang perlu memiliki pembendaharaan kata yang memedai dan pemilihan kata yang tepat. “Dalam memilih kata itu harus diberikan dua persyaratan pokok yaitu (1) Ketepatan (2) Kesesuaian” (Suriamiharja et – al, 1996 : 25).
Persyaratan ketepatan yaitu kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin di ungkapkan sehingga pembaca juga dapat menafsirkan kata-kata tersebut tepat seperti maksud penulis. Persyaratan kesesuaian menyangkut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan kesempatan / situasi dengan keadaan pembaca. Pilihan kata dan gaya bahasa yang dipergunakan tidak merubah suasana atau tidak menyinggung perasaan orang yang hadir.
Kalimat terbentuk dari gabungan anak kalimat, sedangkan anak kalimat adalah gabungan dari ungkapan atau frase, dan ungkapan itu sendiri merupakan rangkaian dari kata-kata .Kalimat yang dipergunakan dalam karangan berupa kalimat yang efektif yaitu kalimat yang benar dan jelas sehinga mudah dipahami orang lain. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pandangan atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembaca. Suryamiharja et-al (1996 : 38), mengemukakan bahwa Kaliamat efektif dalam bahasa tulis, haruslah memiliki unsur- unsur :
1)        Dapat mewakili gagasan penulis
2)        Sanggup menciptakan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis.
Sedangkan Widdowson (1997) berpendapat bahwa kalimat efektif memiliki 2 dua) persyaratann, yaitu persyaratan kebenaran dan persyaratan kecocokan. Persyaratan kebenaran bertolok ukur kebenaran kaidah berbahasa. Persyaratan kecocokan bertolok ukur atas kecocokan atau kekompakan kalimat dalam konteks, baik konteks kebahasaan maupun konteks non-kebahasaan.
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari pada kalimat : paragraf merupakan kimpulan kalimat yang berkaitan dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan, Berkaitan dengan paragraf Akhadiah, dkk (dalam Agus Suryamiharja, 1996 : 46), menjelaskan bahwa “Dalam paragraph terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas sapai kalimat penutup”.
Fungsi dari paragraf dalam karangan adalah :
1)        Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide keseluruhan karangan.
2)        Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok karangan. (Tarigan, 1996)
Menurut Suriamuharja (1996 : 48) “Paragraf baik dan efektif harus memenuhi 3 (tiga) parsyaratan, yaitu Kohesi (Kesatuan ), Koherensi (Kepaduan), dan Pengembangan / Kelengkapan paragraf”.
Kesatuan paragraph akan terwujud jika 2 hal terpenuhi. Pertama, paragraf hanya mengandung sebuah kalimat topik yang berarti hanya berisi sebuah gagasan dasar. Kedua, paragraf berisi kalimat atau sejumlah kalimat pengembang yang berisi sebuah gagasan atau sejumlah gagasan pengembang. Gagasan pengembang itu merupakan penjelas atau atribut terhadap gagasan dasar.  
Keraf (dalam Suriamiharja 1996 : 48) mengemukakan bahwa “yang dimaksud dengan kohesi / kesatuan dalam paragraf adalah semua kalimat yang membina paragraf secara bersama – sama menyatakan satu hal, satu tema tertentu”.
Kepaduan berarti keserasian gagasan hubungan antargagasan dalam paragraf yang berarti juga keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf. Keserasian itu menyebabkan alur gagasan atau informasi yang terungkap dalam paragraph menjadi lancar.
Keraf (Suriamiharja 1996 : 48) mengemukakan bahwa “yang dimaksed dengan koherensi / keterpaduan dalam paragraf adalah kekompakan hubungan antar sebuah kalimat denngan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu”.
3)            Pengembangan / Kelengkapan paragraf
Keraf (dalam Suryamiharja 1966 : 50), mengemukakan bahwa “pengembangan paragraf adalah penyusunan atau perincian dari gagasan-gagasan yang membina peragraf itu”,
Suatu paragraf dikatakan berkembang atau lengkap jika kalimat topik atau kalimat utama dikembangkan atau dijelaskan dengan cara menjabarkannya dalam bentuk-bentuk kongkrit, dapat dengan cara pemaparan dan pemberian contoh, penganalisaan dan nilai – nilai.
a.        Pengertian Media Pembelajaran
Kata “Media” secara harpiah adalah “perantara atau pengantar”. Pengertian media sebagai sumber belajar adalah “Manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan” (Djamarah dan Zein, 1996 :136).
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar sangat penting. Ketidakjelasan guru dalam menyampaikan bahan pengajaran dapat terwakili dengan kehadiran media.
Pada tingkatan SD siswanya belum mampu berfikir abstrak, masih berfikir kongrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikongritkan dengan kehadiran media, sehingga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan., apabila diabadikan media pengajaran bukanya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingaga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
b.        Fungsi Peranan Media Pengajaran
Fungsi media pengajaran sebagai sumber belajar, Nana Sudjana (dalam Djamarah, 1996 : 152), Merumuskan fungsi media sebagai berikut :
1)        Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
2)        Penggunana media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar.
3)        Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran .
4)        Penggunaan media bukan semata-mata alat hiburan, bukan sekedar  melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
5)        Penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian yang diberikan guru.
6)        Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
Ketika fungsi-fungsi media pengajaran itu diaplikasikan ke dalam proses belajar mengajar , maka terlihatlah perannya sebagai berikut :
1)            Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan  yang guru sampaikan.
2)            Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya.
3)            Media sebagai sumber belajar bagi siswa.
c.         Kriteria Pemilihan Media Pengajaran
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (dalam Djamarah dan Zein, 1996 : 150), mengemukakan beberapa kriteria dalam memilih media pelajaran, sebagai berikut:
1)        Ketepatan dengan tujuan pengajaran.
2)        Dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Adanya media bahan pelajaran lebih mudah dipahami siswa.
3)        Media yang digunakan mudah diperoleh, mirah, sederhan dan praktis penggunaannya.
4)        Keterampilan guru dalam menggunakan media dalam proses pengajaran.
5)        Tersedia waktu untuk menggunakanya, sehinga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
6)        Sesuai dengan tarap berpikir siswa.
d.        Media Cerita Gambar Seri Sebagai Model Pembelajaran
Dalam kriteria pemilihan media disinggung bahwa media digunakan harus sesuaidengan taraf berfikir anak didik. Demikian pula dalam pembelajaran menulis karangan di SD. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam keterampilan mengarang. Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan. Berkaitan dengan penggunaan media gambar, Purwanto dan Alim (1997 : 63), mengemukakan bahwa “Penggunaan media gambar untuk melatih anak menentukan pokok pikiran yang mingkin akan menjadi karangan – karangan”, juga Tarigan (1997 :210) mengemukakan bahwa “Mengarang melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa”.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita gambar seri adalah cara atau daya upaya dalam menyusun atau menulis suatu tulisan atau karangan dengan menerjemahkan isi pesan visual (gambar seri) ke dalam bentuk tulisan.
e.        Ciri-ciri Gambar Yang Baik dan Peranannya Sebagai Media Pengajar
Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah yang memiliki ciri – ciri sebagaimana dikemukakan Sudirman et-al (1991 : 219), yaitu :
1)        Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu.
2)        Memberi kesan kuat dan menarik perhatian.
3)        Merangsang orang yana melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyek-obyek dalam gambar.
5)        Ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami.
Sedangkan peranan gambar sebagai media pengajaran yaitu :
1)        Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa   dalam  belajar.
2)        Menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar.
3)        Dapat membantu daya ingat siswa (retensi)
4)        Dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain.
(Sudirman et-al 1991 : 220).
Atas dasar uraian tersebut diatas, hendaknya guru mau mempertimbangkan penggunaan media gambar seri didalam pelaksanaan proses belajar mengajar  terutama dalam pengajaran menulis karangan. Karena dengan gambar dapat merangsang imajinasi seorang siswa supaya suka bercerita tentang gambar yang dilihatnya sehingga selanjutnya diharapkan siswa tersebut dapat mampu menulis karangan sesuai dengan tema, ide, pengalaman dan kejadianya.
Menurut Laporan Penelitian Tindakan Kelas mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan,  yang dibuat oleh Nurhayati, Guru SD Negeri 1 Magelung , menyebutkan bahwa :
Tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan keterampilan siswa dalam Bahasa Indonesia, pengetahuan bahasa diajarkan untuk menunjukan siswa terampil berbahasa yakni terampil menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan berbahasa hanya bisa dikuasai dengan latihan yang terus menerus dan sistematis yakni harus sering berlatih menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa.
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas III semester 1 tahun pelajaran 2013 / 2014 SDN Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal pada mata pelajaran Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar menyusun paragraf berasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan, secara klasikal hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya pemilihan media yang kurang tepat.
Pembelajaran menggunakan media gambar seri dapat membantu siswa dalam keterampilan mengarang. Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan.
Cerita gambar seri adalah cara atau daya upaya dalam menyusun atau menulis suatu tulisan atau karangan dengan menerjemahkan isi pesan visual (gambar seri) ke dalam bentuk tulisan.
 Karena dengan gambar dapat merangsang imajinasi seorang siswa supaya suka bercerita tentang gambar yang dilihatnya sehingga selanjutnya diharapkan siswa tersebut dapat mampu menulis karangan sesuai dengan tema, ide, pengalaman dan kejadiannya, sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam proposal ini adalah :
Apakah hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal dalam menulis karangan melalui media gambar seri akan mengalami peningkatan ?
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal, dengan pertimbangan bahwa SD tersebut merupakan tempat kerja sehari-hari dan lokasi sekolah tidak jauh dari tempat tinggal. Sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
Subyek dalam penulis ini adalah siswa kelas III SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal, dengan jumlah siswa 32 anak.
Pertimbangan penulis mengambil subyek penelitian tersebut adalah siswa kelas III berada pada fase perkembangan yang sesuai. Selain itu peneliti juga mengajar di SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal tersebut.
Waktu Penelitian dan Lama Tindakan
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan, mulai dari perencanaan sampai penulisan Laporan hasil penelitian tersebut.
Adapun rencana penelitian mengacu pada rancangan penelitian yang dilakukan oleh Langkah – langkah penelitian sebagai berikut :
Tahap perencanan meliputi pembuatan Rencana Pembelajaran lengkap dengan menetapkan tujuan perbaikan nyiapkan media pembelajaran dan menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Kemudian membangun kolaborasi dengan teman sejawat dan dosen PTK agar dapat lebih mencermati masalah-masalah yang dihadapi.
Pelaksaaan tindakan yang dilaksanakan dalam pembelajaran adalah kinerja guru dalam melaksanakan atau menerapkan media Gambar Seri dan aktivitas siswa selama dilaksanakan atau diterapkan Media Gambar Seri, Guru memberikan mata pelajaran tentang mengarang dengan menggunakan media gambar seri.
Kegiatan Belajar Mengajar berlangsung dengan tahapan biasa, seperti pada rencana pembelajaran, yaitu Kegiatan awal (apersepsi), Kegiatan inti, dan Kegiatan penutup.
Selama proses KBM guru dan tim PTK mengumpulkan data tentang respon siswa dan apa saja yang penting terkait dengan penelitian. Jadi, kegiatan observasi mulai dilakukan pada waktu penelitian atau pada waktu pelaksanaan tindakan, dan setelah pelaksanaan tindakan. Kegiatan observasi meliputi pengumpulan data dan menganalisis data yang terkumpul tersebut bersama dengan tim PTK lainnya.
 Setelah data berhasil dikumpulkan oleh pelaksana PTK bersama tim, lanhkah selanjutnya yaitu mengevaluasi atau menilai apakah pelaksanaan pembelajaran telah sesuai dengan yang sudah direncanakan. Diskusi dengan teman sejawat atau tim untuk membahas data yang dikumpulkan.
Setelah mengobsevasi dan menganalisis data yang terkumpul, selanjutnya guru melakukan refleksi, dengan merenungkan mengapa ada usaha perbaikan yang tersebut. Melalui refleksi ini guru dapat mengetahui usaha yang sudah tercapai, usaha yang belum tercapai, dan apalagi yang harus diperbaiki dalam pembelajaran berikutnya atau pada siklus berikutnya.
Semua langkah dalam prosedur PTK ini dilakukan secara berulang-ulang (siklis). Refleksi pada siklus pertama di atas akan menjadi bahan permasalahan pada tahap perencanaan siklus kedua, dan begitu seterusnya.
c.Data dan teknik pengumpulan data
        Adalah analisis data diperoleh dari hasil observasi oleh pengamat yaitu mengenai aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, juga mengenai motivasi siswa selama pembelajaran.
        Data kualitatif dipaparkan dalam bentuk kalimat menurut kriteria untuk memperoleh kesimpulan.
        Adalah  data yang diperoleh dari hasil belajar yang berupa angka-angka setelah siswa mendapatkan proses pembelajaran. Biasanya guru dalam memberikan penilaian data ini berupa angka-angka dengan skor yang telah dibuat.
Untuk mengumpulkan data-data selama perbaikan penelitian, peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:
Secara sederhana, observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu, yaitu untuk mengumpulkan data-data hasil perbaikan. Observasi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan terhadap guru sebagai peneliti oleh supervisor 2, dan pengamatan (observasi) terhadap siswa sebagai subyek penelitian. Lembar observasi terhadap guru sebagai peneliti adalah jurnal yang telah disediakan. Lembar obsevasi untuk siswa sebagai subyek perbaikan penelitian adalah observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
2.         Lembar tes / soal-soal tes
Untuk mengetahui hasil perbaikan pembelajaran, data-data dikumpulkan melalui hasil tes pembelajaran. Tes pembelajaran berupa soal-soal tes yang disusun dalam RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran) setiap siklus. Hasil tes pembelajaran dimasukkan ke dalam suatu tabel, kemudian dideskripsikan sehingga diketahui peningkatan perbaikan pembelajaran setiap siklusny
            d.Analisis data dan kriteria keberhasilan
        Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif komparatif yang menjadikan peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Data yang telah diperoleh akan diolah dengan teknik analisis deskriptif dan komparatif, artinya data dideskripsikan dengan cara membandingkan hasil setiap siklusnya. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus (Suwandi, 2008:70). Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.
          Selanjutnya hasil analisis kuantitatif dikonsultasikan pada pedoman konversi. Dalam penelitian ini digunakan pedoman konversi nilai absolut skala lima sebagai berikut :
Tabel 3.6 Pedoman Konversi Nilai Absolute Skala Lima
Kriteria yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan pembelajaran dapat dicermati melalui evaluasi kegiatan dalam bentuk nilai. adapun indicator kerja untuk mengukur prestasi atau keberhasilan belajar siswa adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang dinyatakan berhasil apabila ≥80 % dari jumlah keseluruhan siswa dalam kelas telah mencapai ketuntasan individual
Kriteria yang digunakan untuk memajukan hasil belajar siswa adalah tingkat pemahaman siswa terhadap materi atau bahan ajar. Dengan kriteria tersebut siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat pemahaman materi sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 68 ke atas.
Untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa terhadap pembelajaran adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, dan penemuan informasi. Jika siswa mampu member respon positif terhadap penjelasan dan pertanyaan yang diajukan oleh guru, aktif mencari dan menemukan informasi, aktif belajar dan bekerja kelompok, dan aktif mengkomunikasikan hasil kerja kelompok.
Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan proses perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.         Proses perbaikan pembelajaran Mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyusun paragraf  berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan, dinyatakan berhasil jika 80 % dari keseluruhan jumlah siswa tuntas belajar.
b.        Siswa dinyatakan berhasil jika nilai rata-rata Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyusun paragraf  berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan keseluruhan siswa mencapai 80.
Peneliti merencanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Media Gambar Seri pada pembelajaran mengarang di kelas III SD Negeri Jatipurwo Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal  Pembelajaran akan dilaksanakan pada  semester I untuk tahun pelajaran 2013/2014 berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebelumnya. Dengan beberapa pertimbangan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan, mulai dari perencanaan sampai penulisan Laporan hasil penelitian tersebut.
Adapun rinciannya sebagai berikut :
Akibat yang di timbulkan dari penelitian ini,menjadi tanggung jawab peneliti.Adapun biaya tersebut adalah:
3.media/kertas bergambar              15.000
Suriamiharja, Agus,  dkk. (1997). Petunjuk Praktis Menulis.  Jakarta : Depdikbud.
Sabarti, Akhadiah, (1997). Menulis.  Jakarta : Depdikbud.
The Liang Gie (1992). Pengantar Dunia Karang Mengarang.  Yogyakarta : Liberty
Tarigan, Djago. (1996). Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung : Angkasa.
Wardani, IGAK, Kuswoyo Wihardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Nasution. (2006). Asas – asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara.

Gallery Gambar Seri Untuk Mengarang

Penggunaan Media Gambar Seri Dalam Peningkatan

Penerapan Permainan Mengarang Gotongroyong Berbantuan Kartu

Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Super Duper Bahasa Indonesia Kelas 3 Sd

Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Karangan Sederhana

Penggunaan Media Gambar Seri Dalam Peningkatan

Pengaruh Penggunaan Media Gambar Berseri Terhadap

Pdf Peningkatan Hasil Belajar Menulis Karangan Sederhana

Page 3 Search Karangan Lisan Topslide Net

Jual Buku Dunia Karang Mengarang Tahun 1983 1988 Seri 1 X Lengkap The Lian Jakarta Pusat Toko Buku Jaya Senen Tokopedia

Bahasa Indonesia Kelas 3 Sri Marheni

Penerapan Pembelajaran Berbasis Media Gambar Seri Untuk

Keluarga Yang Dilahirkan Ibuku Kata Ayahku Adikku

Penerapan Media Gambar Seri Sebagai Upaya Meningkatkan

Pembelajaran 3 Subtema 4 Aku Suka Berkarya Mikirbae Com

Pusman Seri Mandarin Melihat Gambar Dan Mengarang Cerita 看图编故事 Pinyin S070

Sita Puts Out The Fire

Bahasa Indonesia Kelas 3 Sri Marheni

Peningkatan Prestasi Mengarang Narasi Dengan Menggunakan

Aku Bisa Bahasa Indonesia Untuk Kelas 3 Yeti Nurhayati

Deskripsi Pembelajaran Mengarang Dengan Menggunakan Gambar

Gambar Seri Pengertian Jenis Dilengkapi Contohnya

19727 1 Pages 1 22 Text Version Fliphtml5

Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Karangan Proposal

Peningkatan Kemampuan Mengarang Melalui Media Gambar Seri

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui

Sd3bhsind Bhs Indkls3 Umri

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Bahasa


Comments